Home » » Memahami Percepatan Pembangunan Infrastruktur Presiden Joko Widodo , Bukan Hanya Sekedar Kartu Kuning!!

Memahami Percepatan Pembangunan Infrastruktur Presiden Joko Widodo , Bukan Hanya Sekedar Kartu Kuning!!

Posted by Firmware Tech on Sunday, February 11, 2018

Memahami Percepatan Pembangunan Infrastruktur Presiden Jokowi  Memahami Percepatan Pembangunan Infrastruktur Presiden Jokowi , Bukan Hanya Sekedar Kartu Kuning!!
Sumber Gambar @Kompas.com

"Memahami Akselerasi Pembangunan Infrastruktur Jokowi"


Untuk apa jalan tol dibangun?, untuk apa Bandara di bangun?, untuk apa Pelabuhan Pelabuhan Laut di bangun?, untuk apa Listrik digenjot hingga 35 ribu Megawatt, untuk apa jaringan listrik terintegrasi dibangun jaringannya dari Sabang hingga Merauke tanpa putus?, untuk apa persiapan persiapan wilayah gres pemukiman dibangun.
Apakah ini untuk orang kaya saja?, apakah ini untuk kaum berduit saja?.

Konektivitas yaitu kunci penting dalam pembangunan perekonomian sebuah negara. Amerika Serikat membangun konektivitas itu semenjak pertengahan kurun 19, semenjak jaman koboy-koboy masih berlagak di sepajang wilayah western (penyebutan western dalam konteks Amerika yaitu wilayah barat Amerika, sehingga Koboy kerap disebut sebagai budaya 'Western'). Itulah kenapa film-film Koboy yang marak di kurun 20 selalu bercerita soal rebutan tanah yang akan dibangun perusahaan kereta api.

Setelah selesainya Perang Sipil Amerika Serikat 1865, jaringan kereta api dibuka besar-besaran dibawah bendera Pacific Railroad. Pemikiran Amerika Serikat ini yaitu fatwa jangka panjang, yaitu menyatukan dan memperkuat arus barang di seluruh wilayah Amerika dan membuka pusat pusat kota gres di wilayah Barat Amerika sepanjang pesisir Pasifik dan pedalaman wilayah tengah (Midwestern), pertimbangannya yaitu Amerika harus menguasai dunia lewat arus barang yang lancar dan persebaran penduduk. Ini berhasil dilakukan dan dalam tempo 15 tahun Amerika sesudah perang sipil usai, menjadi kekuatan ekonomi gres mengalahkan Inggris. 

Pada awal kurun 20, Amerika Serikat mempunyai kekuatan terbesar di dunia, sementara wilayah Eropa mulai saling tubruk rebutan wilayah wilayah koloni, nun jauh disana para ekonom Washington sudah menyusun konsepsi bahwa kekuatan ekonomi bukan lagi diletakkan penguasaan wilayah atau koloni tapi pada penumpukan modal yang bisa membangun wilayah dampak menurut modal (Kapitalis-Imperialis).

Semua negara negara maju, awalnya mempersiapkan infrastruktur untuk mempercepat arus barang, apalagi kondisi negara luas daerahnya ibarat Indonesia ini, banyak sumber-sumber alam terbarukan yang bisa didayagunakan rakyat dikapitalisir menjadi sebuah bentuk ekonomi komunitas yang baru, sementara persebaran penduduk juga harus dilakukan dengan cepat.

Di masa Pak Harto dulu, satu satunya jalan mengontrol kekuasaan yaitu melaksanakan teladan sentralisir, ini gaya politik Sultan Agung Hanyokrokusumo dalam mengelola kekuasaan, semua penguasa ditaruh di Kotagede, Mataram yang bertempat tinggal di wilayah wilayah hanya perwakilannya saja (representatif legitimasi), konsepsi kekuasaan ala Mataraman ini sudah jauh ditinggalkan, bahkan yang memecahkan problem ini justru Van Heutz, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang menggabungkan seluruh wilayah Hindia Belanda dengan jaringan pelabuhan dan maskapai maskapai kapal laut, di masa Hindia Belanda penyampaian barang bahkan terencana sangat rapi. Bung Karno sendiri dalam pembuangannya di Ende, Flores tahun 1930-an punya jadwal pengambilan koran koran terbitan Jawa di Pelabuhan Flores dengan tertib. Bila Van Heutz di tahun 1910 menyatukan kekuatan kekuatan potensi Nusantara dengan membangun infrastruktur yang besar lengan berkuasa dan penghasilan itu dibawa ke Belanda, maka Bung Karno semasa menjadi Presiden RI membangun infrastruktur untuk kekuatan negara dan kekuatan pembangunan ekonomi politik di tingkat ekonomi rakyat.

Konsepsi Penyatuan Infrastruktur Nusantara ini, sesudah jaman kemerdekaan dibangun lagi oleh Presiden Sukarno dalam konsepsi Pembangunan Semesta Berencana-nya sebagai "Untaian Ratna Mutu Manikam" sepanjang wilayah Nusantara. Bung Karno meletakkan perencanaan pembangunan Jalan Tol di sepanjang Sumatera-Jawa untuk pembuka wilayah-wilayah perekonomian baru, pembangunan pelabuhan baja di Cilegon hingga dengan membangun jalan jalan tol di tengah kota ibarat di Semanggi dan By Pass Jakarta Timur, dikala itu Bung Karno bisa menjelaskan "Djakarta ini masih sepi, perlu di djalan tol ibarat California" Bung Karno melihat masa depan, terbukti Jalan Tol Djakarta yang sepi itu, kini padat dan jadi pusat perekonomian kota Jakarta. di Palangkaraya Bung Karno membangun sebuah Kota Baru yang bermula dari Pasar Kahayan, kemudian dibangun jalan jalan besar di tengah hutan yang bisa didarati Pesawat MIG-21 untuk menyebabkan Palangkaraya pusat kekuatan militer udara di seluruh Asia Tenggara, kemudian Bung Karno merebut Irian Barat untuk menyebabkan Indonesia sebagai negara terkuat di Asia Pasifik. Inilah bung yang disebut visi, kemampuan melihat masa depan!!.

Dan ini pula yang dilakukan Jokowi sekarang, banyak yang menertawakan "Lihatlah Papua masih sepi, Jokowi buang buang duit bangkit Jalan Tol". Anda pernah membaca Geopolitik, anda paham bagaimana dialektika dan dinamika jaman bekerja ?, wilayah mana yang akan menjadi pusat ekonomi dunia...?   "Pasifik Bung...!!".

Pasifik kelak akan jadi pusat perdagangan dunia, sementara wilayah Papua, Sulawesi Utara dan Maluku (Utara dan Selatan) berada dalam lintasan pelabuhan-pelabuhan besar arus dagang, disanalah kemudian hari akan jadi pusat kesibukan perdagangan dunia. Jokowi sudah mengantisipasi itu.
Jokowi membangun masa depan, bukan membangun problem sekarang, alasannya yaitu itulah kiprah negarawan!. Inilah kenapa banyak orang tak paham Jokowi teriak-teriak soal teknologi digital, konten digital, fintech dan soal soal lain yang kurang dimengerti orang segenerasinya, Jokowi sudah bicara soal mata uang kripto, Jokowi sudah bicara "Artificial Intelligence" dikala lawan politiknya mengangkat informasi soal becak atau informasi isu yang sudah ketinggalan jaman!.

Indonesia kita yang sekarang, berada dalam pusaran jaman yang menderu, mungkin sebagian besar dari kita hidup dalam alam Orde Baru yang sudah mendidik kita puluhan tahun, konsep-konsep berpikir dan cara berpolitik kita masih dalam kerangkeng Orde Baru, walaupun mungkin dari kita dulu melawan Orde Baru, tapi keberhasilan Orde Baru yang terbesar yaitu membentuk insan menjadi binaan warga di desa Potempkin ala Desa Sukamaju Si Unyil.

Jokowi membawa logika logika itu jauh ke depan, mendobrak kerangka beku itu, menghantam semua logika Orde Baru, mulai dari sentralistis pembangunan hingga pada dinamika bagi jalan hidup anak mudanya, jika di masa Orde Baru kerangka kerja anak muda masih pada bagaimana menjadi PNS atau menjadi pengusaha berorientasi proyek proyek negara, maka Jokowi mengenalkan bagaimana belum dewasa muda mengenalkan sesuatu, menjadi kreatif bukan menjadi penghamba atas proyek-proyek berbasis anggaran negara. Karena satu satunya jalan bagi Indonesia ke depan yaitu mencetak enterpreneur sebanyak mungkin yang tidak bergantung pada proyek berbasis anggaran negara, tapi bergantung pada pertumbuhan ekonomi dunia, dan ekonomi bisa berkembang cepat jika ada pergerakan dinamis arus barang.

Dan yang ibarat ini, mungkin hanya dipahami kaum muda millenial. Makara sangat disayangkan jika generasi millenial tak paham hal paling fundamental soal pembangunan infrastruktur di Papua. Sangat disayangkan !.

Sc : Anton DH Nugrahanto.


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blog Archive

Powered by Blogger.
.comment-content a {display: none;}